DIALOG DIALEKTIKA II
DIALOG DIALEKTIKA II


 
Oleh: Cokro_SIW

Ketika kumu berinteraksi pada dunia luar, melihat banyak hal dan ingin kamu rubah akibat yang kamu lihat banyak ketidak wajaran, kemudian kamu pelajari kembali  penyebab ketidak wajaran itu, kamu bertanya kenapa ini bisa terjadi? Hal ini terus kamu pertanyakan sampai pada masalah yang paling dasar. Dari banyak buku yang kamu baca, banyak orang kamu temuai dan mendiskusikannya kembali, kamu berkata  pada lawan diskusimu, seharusnya tidak seperti ini. Dalam kitab suci yang kamu pelajari, kehidupan ini seharusnya sebaik yang kamu pahami dari anjuran kitab sucimu. Kenapa Banyak orang-orang sekitarmu yang melanggar aturan-aturan Tuhan, itu salah satu yang membuatmu gelisah, kamu tidak saja mengkhawatirkan dirimu saja, orang lainpun ikut kamu perhatika. Semangatmu semakin besar untuk mencari tahu apa menyebab semua ini, semakin besar keinginanmu untuk belajar, untuk cita-cita memperbaiki ketidak wajaran yang kamu ketahui....””” Anakku itulah pengaruh “Akal Warasmu”

Tidak hanya itu yang kau lakukan, kamu bahkan bertindak, menceritak masalah-maslah ini pada orang yang mungkin kamu anggap bisa membantu dan memahami apa maksudmu, kamu membentuk kekuatan tidak hanya seorang diri, kamu ajak orang-orang sekitarmu untuk terlibat memperbaiki ketidak wajaran itu, sekalipun mereka sangat susah memahami apa maksudmu, mereka kaku menerima keluhanmu, tapi kamu tidak perduli,,,,, kamu pantang menyerah, tekadmu sudah bulat, niat ini sudah kau anggap suci, sehingga jika kamu berhenti, akan membuatmu merasa berdosa besar,,,, Begitulah kerja “Akal Warasmu”....

Kamu lakukan ini hampir sepanjang harimu, sampanjang hidupmu, bahkan kau tak lupa berdoa agar Tuhan memudahkan jalanmu, kaupun mengajarkan itu pada orang-orang yang berjuang bersamamu, kamu sudah bertindak seperti pemimpin yang hebat, sadar dan menyadarkan banyak orang,,, sekian banyak cara yang sudah kamu lakukan ,,... sementara berubahan tidak banyak telihat... kamu kembali mempertanyakan dirimu.. kenapa aku hanya bisa melakukan hanya sampai disini, sementara daya dan upaya sudah semaksimal mungkin,,, pertanyaan demi pertanyaan bermunculan dan mengarah pada dirimu sendiri, hampir saja kau kutuk dirimu yang tak bedaya itu, kalah dengan ketidak wajaran yang kamu temukan sendiri,,, tapi kamu tidak mau mengalah, bahkan tidak mau mengakui kekalahanmu... kamu masih yakin bahwa kamu bisa menemukan solusi.. tapi apa?????? Bertanya dan terus bertanya,,...... kembali kamu pertanyakan dirimu, tak jarang kau menyalahkan situasi yang kamu anggap salah itu, kamu membeci sikap sosial disekitarmu, banyak orang yang apatis, perlahan kau menutup diri dan menyaring diri dari pergaulan yang bisa merusak dirimu,, kemudian kamu pun gampang mengkritik, sangat kritis, sensitif atas perubahan, hal kecil terlihat seperti masalah yang besar....... kamu hampir saja gila dan tidak waras lagi.. tapi kamu menyadari kegilaan itu, mulai berbenah kembali, itulah kesadaran “Akal Warasamu” ............!

Sang Anak menunduk mendalami penyampaian Ayahnya,, apakah ini nasehat ataukah teguran buatnya,,, semuanya bercampur baur.... sesekali dia mendongak melihat Ayahnya yang masih saja terpejam... tidak berani lagi bertanya, hanya merenungi maksud dari Sang Ayah.

Seorang Nabi ditegur Oleh Tuhannya, “Jika Aku mau, Aku tak butuh kamu” “Aku yang Bekuasa, yang menetapkan Segala perkara itu Jadi dan Terjadi, Aku... Tuhan dari jagat raya ini”...  Sang Ayah melanjutkannya... Sadarilah,, semua terjadi berdasarkan Ketetapan yang tidak bisa manusia "rubah" sekalipun manusia bertindak melebihi kemampuan maksimumnya.,,

Kamu sering bercerita Anakku, bahwa kamu ingin memperbaiki situasi Bangsa ini, yang pernah kita diskusikan berlarut-larut,,, bahwa kita bersepakat Bangsa ini Sedang menghadapai Masalah Besar. Kita percaya Pancasila itu adalah Kode Keselamatan bagi Bangsa dan Negara ini. Bahkan kamu bercerita lebih banyak dan tahu mengenai kondisi bangsa ini. Lawan Kita adalah yang mempunyai kekutan Besar dan Kita masih berkekuatan “Kecil”. Tapi apa yang terjad, kita tetap berbuat, satu demi satu orang-orang terdekat kita,,, kita ajak ikut berjuang, kita beri mereka pencerahan... ada yang bertahan ada pula yang hilang tanpa jejak, pergi berlalu begitu saja, entah kalah datau memang sengaja mengalah karena tahu tidak mungkin lagi berbuat apa-apa..... Tapi kita masih berbuat, masih berusaha meski peluang kemenangan kita tidak seberapa.

Akuilah bahwa dirimu itu utusan Tuhan, utusan yang bukan satu-satunya utusan. Sekian miliar manusia, sebagian kecil dari jumlah itu sedang merasakan hal sama dengan apa yang sedang kamu rasaka. Merekapun sedang berjuang dengan cara mereka sendiri, mati-matian berjuang dengan masalah dan cara pandang mereka,, mereka juga meyakin meraka bisa, sadar bahwa mareka juga utusan Tuhan yang mereka imani.

Sadarilah itu, bahwa kita tidak sendiri, yakinlah Tuhan menjawab doa-doa kita,,, Bisa jadi doa-doa kita itu dititipkan pada orang-orang yang berjuang sama dan serupa dengan kita.

Doa-doa yang pernah kamu ucapkan, harus kamu pegang, ingat sepanjang hari, selalu mengiatkan diri sepanjang kesadaranmu bahwa kamu pernah berdoa dan memohon pada Tuhan. Ikhtiarlah menurut doa yang pernah kamu ucapkan,,,, jika doamu meminta untuk mempermudah perjuanganmu, maka carilah jalan yang sesuai doamu, upayakan cara-cara yang kau tempuh sesaui dengan Niat dan Doa yang pernah kamu ucapkan. agar kamu tidak mencurigai Tuhan tidak mengabulkan doa-doamu. Jika kamu sadar bahwa Penjuanganmu sejalan dengan Doamu, namun tidak terkabulkan,,, yakin dan percayalah,, Tuhan tidak tuli, tidak pula tertidur, Bisa jadi doa itu sudah terkabulkan lewat perjuangan manusia-manusia yang lain. Sadarilah itu, ikhlas atas semuanya, terimalah kenyataan bahwa tidak semua bisa kamu perbaiki seorang diri........ itulah kesadaran dan kerja “Akal Budimu” ........... Sang Ayah kemudia terdiam, sejenak sang Anak melihat Ayahnya sudah membuka mata dan tersenyum kearahnya... Sang Anak mengucapkan Terimakasih... Masih banyak yang akan aku sampaikan, tapi tidak saat ini,,, Ayah ingin Ngopi dulu... Kita lanjutkan lain waktu....

Bersambung. . .

Sambungan dari.... Dialog Dialektika

Komentar

Gabung dalam percakapan