DIALOG DIALEKTIKA
DIALOG DIALEKTIKA


Oleh: Cokro_SIW

Ayah, berikan aku nasehat agar aku kelak menjadi pemimpin yang hebat’,,, Kenapa kamu harus bertanya soal itu? Kamu bisa belajar pada buku-buku yang sudah banyak beredar. Ayah, sudah aku jalankan semua saran-saranmu, banyak membaca buku, banyak bergaul, terlibat dalam iteraksi sosial, bersabar, yang kau arahkan berpikir positif, tapi semakin lama aku merasa ada yang aneh pada diriku, semakin banyak beban pada diriku ketika aku melihat penderitaan di depan mataku sendiri, setalah aku banyak berinteraksi dengan dunisa sosial? Sang Ayah tersenyu, melihat keseriusan Anaknya menyampaikan semua maksudanya”””” kenapa kau tersenyum Ayah, apa yang salah? Apa aku yang salah memahami maksud arahanmu, atau arahan Ayah yang bermasalah... hahahahahahah’’ sang Ayah tertawa mendengar gemuman anaknya.

Anakku.... ya Ayah.... Boleh Ayahmu Bertanya? Iya Ayah.... Kenapa kelak Kau ingin menjadi pemimpin yang Hebat?... Sudahkah kau pahami apa kemauanmu?.. Bagai mana maksud Ayah?.. Maksudku Kenapa kamu tidak ingin menjadi pemimpin yang Baik saja? Apa pula yang membedakan keduanya Ayah? .. hahahhahahahaha (Sang Ayah kembali tertawa)... bukankah keduanya dalam kesatuan Ayah? Jika berbeda, pasti keduanya berkaitan ,,,  hahhahahahah hahahah sang Ayah kemabali tertawa, kemudia terdiam,, memejamkan matanya,,, Sang Anak hanya terheran melihat ulah Ayahnya, tapi dia sungkan menegur lagi,,, sudah hampir  satu menit Ayahnya terdiam, membuat dia semakin bertanya-tanya apa yang hendak Ayahnya sampaikan? dan apa pula yang sedang dipikirkan Ayahnya? Dua menit sudah berlau Sang Ayah masih terdiam,.. tiga menit berlalu semakin dalam penasaran anaknya, semakin sungkan pula dia untuk menegur, sesekali dia perhatikan dengan serius, selintas dia melihat gerakan bulu mata Ayahnya yang masih tertutup rapat.....

“Kamu Harus Memiliki Tiga Akal”.. tiba-tiba saja ayahnya berbicara dangan mata yang masih tertutup.. murid dengan serius mengdengar sembari mengatur posisi duduknya... “Akal Shat Mu”,,, “Akal Waras Mu”,,,,, dan “Akal Budi Mu” kemudia terdiam lagi, selang satu menit Sang Ayah berbicara lagi,, Dengar baik-baik anak ku..!!!! ............Kapan kamu merasa lapar, kamu berbicara dengan orang lain, mencari nafkah dan menyimpan sisa rejeki untuk hari esok,,,, itu pengaruh Akal Sehatmu’’’ Kamu bangun dari tidurmu, menjalani kehidupan sesuai alur sosial disekitar mu, berangkat ketempat kerja, menyapa tetangga sekitarmu kemudian pada waktu sore kamu kembali kerumahmu, mengganti pakaiannmu, makan nasi yang sudah tersedia di atas meja, berbicara dengan keluargamu, kemudian pada waktunya kamu tidur malam untuk mempersiapkan diri untuk rutinitas esok hari,,,’’’’ itu pengaruh “Akal Sehatmu”...

Komentar

2 komentar

  1. 6 Oktober 2020 pukul 19.37
    Paragragraf terakhir cukup bagus..... Cukup ya hhee
  2. 6 Oktober 2020 pukul 21.22
    Iyoo kirim tulisan..